Makalah Doktrin Kepercayaan Dalam Islam

A.    Pendahuluan

1.     Latar Belakang

Doktrin merupakan ajaran-ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama atau sebagai tiang agama.. Banyak sekali doktrin yang ada dalaam islam dan memang tidakk ada tuntutan untukk mengetahui semua doktrin dalam islam, tapi ada beberapa doktrin sentral yang harus diketahui oleh seorang muslim, Karena kita seorang muslim setidaknya kita harus mengetahui enam doktrin sentral yangg ada dalam agama Islam.

2.     Rumusan Masalah

1.    Apa itu Dokrin ?
2.    Bagaimana islam sebagai dokrin ?
3.    Bagaimana Doktrin sentral dalam Islam ?
3.    Tujuan Penulisan Makalah
1.    Mahasiswa dapat mengetahui apa itu Dokrin
2.    Mahasiswa mengetahui islam sebagai dokrin Agama islam
3.    Mahasiswa mengetahui Doktrin-Dokrin sentral dalam Islam

A.  PENGERTIAN DOKTRIN

Kata doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu “doctrine”  yang berarti ajaran. Oleh karena itu doktrin lebih dikenal dengaan dengaan ajaran-ajaran yang bersifat absolute yang tidak boleh diganggu-gugat. Kata doktrin berarti dalil-dalil darii suatu ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapatt kita temukan di lapangan bahwa suatu ajaran dalaam agama maupun yang lainya pasti mempunyai dasar atau dalil-dalil.

Pengertian yang sama juga dapatt ditemukan dalaam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu “doktrin ialah ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan; pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, keagamaan, ketatanegaraan secara bersistem, khususnya dalaam penyusunan kebijakan negara”. Doktrin ialah ajaran-ajaran atau pendirian suatu agama atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan antara yangg satu dengan yang lainnya.
Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa doktrin merupakan ajaran-ajaran atau azas untukk mendirikan suatu agama atau organisasi-organisasi lain yang ajaran-ajarannya bersifat absolute dan tidakk bisa diganggu gugat.

B. ISLAM SEBAGAI DOKTRIN

Agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan yang dianut oleh sekelompok manusia dengan selelau mengadakan interaksi dengan-Nya. Pokok persoalan yang dibahas dalam agama adalah eksistensi Tuhan, manusia, dan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Tuhan dan hubungan manusia dengan-Nya merupakan aspek metafisika,sedangkan manusia sebagai makhluk dan bagian dari benda alamtermasuk dalam katagori fisika.

Taib Thahir Abdul Muin mengemukakan definisi agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia akhirat.Ada empat unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai berikut :

Pertama,unsur kepercayaan terhadap makhluk gaib,
Kedua,unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia ini dan di akhirat tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud,
Ketiga,unsur respon yang bersifat emosional darimanusia,
keempat ,unsur paham adanya yang kudus (secred) dan suci, dalam bentuk gaib,dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan,tempat-temoat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara dan sebagainya.

Adapun ruang lingkup agama sebagai suatu sistem nilai meliputi tiga persoalan pokok, yaitu :

Pertama,

Tata keyakinan atau credial, yaitu bagian agama yang paling mendasar berupa keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan yang supranatural, Dzat YangMaha Mutlak di luar kehidupan manusia.

Kedua,

Tata kepribadian atau ritual, yaitu tingkah laku dan perbuatan manusia dalam berhubungan dengan dzat yang diyakinisebagai konsekuensi dari keyakinan akan keberadaan Tuhan.

Ketiga,

Tata aturan, kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, ataumanusia dengan alam lainnya sesuai dengan keyakinan dan peribadatan tersebut. Agama Islam merupakan satu-satunya agama yang paling sesuai untuk manusia.Islam datang dari Allah Pencipta manusia. Pencipta lebih tahu tentang kemampuan dan karakter yang diciptakannya.

Oleh karena itu, Agama Islam akan sesaui dengan segaladimensi kemanusiaannya.Ajaran islam yang terhimpun dalam Al-Qur’an diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dimuka bumi, memberi petunjuk dasar kepada manusiaapa yang harus dilakukannya dalam rangka mencapai kehidupan yang sejahtera di duniadan di akhirat.Dengan demikian, Agama Islam menjadi dasar pedoman hidup bagi manusiadalam mengatur kehidupannya baik dalam hubungannya dengan Allah, hubungan dengansesame manusia serta dengan alam secara keseluruhan.

C. DOKTRIN-DOKTRIN SENTRAL DALAM ISLAM

1. IMAN KEPADA ALLAH

Imam ibnu Hibban dan al-Hakim Meriwayatkan dari Abu Said Al KHUDRI DARI Rasulullah bahwa beliau bersabda :
Musa Berkata : “ wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kupergunakan untuk memuji dan Menyebut-mu”. Allah menjawab : “wahai Musa ucapkanlah, La ilaha ila Allah!. “Musa berkata : “Wahai Tuhanku, semua hamba-Mu telah mengucapkannya” Tuhan berkata : “Tidak apa-apa. Sekiranya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi berserta isinya, selain aku, diletakkan pada satu sisi timbangan dan pada sisi timbangan lain diletakkan kalimat La ilaha ila Allah, niscaya timbangan yang berisi La ilaha ilaAllah akan lebih berat dari sisi timbangan yang satunya lagi.” (Moehammad Thahir Badri,1984:110)
Kalimat La ilaha ila Allah atau biasa di sebut dengan kalimat thayyibah  adalah suatu pernyataan pengakuan tentang keberadaan tentang keberadaan Allah Yang Maha Esa : Tiada Tuhan Selain Allah. Ini merupakan lafad syahadatain yang harus di ucapkkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk agama Islam. Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah berimplikasi pada pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan Allah, seperti zat Allah, sifat-sifat Allah, Kehendak Allah, af’al Allah, Malaikat Allah, para nabi dan utusan Allah, hari Kiamat, serta surga dan neraka.
Ia merupakan refleksi dari tauhid Allah yang menjadi inti Ajaran dan kepercayaan dalam Islam. Oleh karena itu, ia yang merupakan kalimat yang terdapat dalam hadis qudsi ini sangan sarat nilai. Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang di anut oleh para pengikut agama selain Islam.

2. KEMUSTAHILAN MENEMUKAN ZAT ALLAH

Allah adalah Maha Esa, baik dalam zat, sifat maupun perbuatan. Esa dalam zat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia pun tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tidak seorang pun yang memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah. Dan Esa dalam perbuatan (af’al) ialah bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.

Allah dalam sifat rahman dan rahim-Nya, telah membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupannya. Akal pikiran itu merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus faktor pembeda antara manusia dan mahkluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya, sebaliknya, manusia pun dapat terpuruk dalam kehidupan yang hina melalui akalnya.

Akal, sekalipun telah digunakan dengan sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalm ruang lingkup yang terbatas. Artinya, ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal adalah Zat Allah.
Dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Allah tidak dapat dicapai dengan penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.” (QS.al-an’am [6]:103)
3. ARGUMEN KEBERADAAN ALLAH

Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Allah:

1. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari tidak ada (creatio ex-nihilo), ia terjadi dengan sendirinya.

2. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel (jaurah) yang merupakan inti.

3. Paham yang mengatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan. (Sayid Syabiq, 1974:61)
Teori pertama tampaknya sudah sangat tidak relavan, ia dapat ditolak dengan teori sebab-akibat (causality theory). Menurut teori kausalitas,  adanya sesuatu itu disebabkan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut teori ini, alam semesta tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses penciptaan, yang karenanya tentu ada yang menciptakan.

Al-farabi, dengan teori pancaran (emanasi)-nya,  mengatakan bahwa alam semesta ini adalah hasil pancaran dari wujud kesebelas atau akal kesepuluh. Jika diurut secara vertikal, maka akal kesepuluh itu secara hierarkis adalah kelanjutan dari akal-akal selanjutnya, yang berawal dari akal ynag pertama. Akal pertama (first intelligence) adalah sebab pertama (prima causa).iya merupakan wujud pertama yang melahirkan wujud-wujud berikutnya. Wujud pertama adalah Tuhan.

Selain Al-farabi, Ibnu Sina membangun sebuah teori yang disebut teori wujud (filsafat wujud). Teori wujud dibangun dalam upayamembuktikan eksistensi Tuhan. Menurut teori ini, sifat wujud lebih penting dari sifat-sifat lainnya, meskipun sifat esensi (mahiyah) sendiri. Esensi, menurutnya terdapat pada akal sedangkan wujud berada di luar akal.

Wujud menjadikan esensi yang berada di dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Oleh karena itu, esensi itu ada yang mustahil berwujud (mumtani’al-wujud), ada yang mungkin berwujud (mumkin al-wujud) atau tidak mungkin berwujud (gair mumkin al-wujud), dan ada pula yang msti berwujud (wajib al-wujud). Dalam wajib al-wujud, esensi tidak mungkin berpisah dari wujud. Wajib al-wujud adalah Tuhan yang terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, Tuhan itu mesti adanya (Harun Nasution, 1993: 27-28 dan 39-40).

Adapun yang mustahil wujud, mungkin wujud, dan tidak mungkin wujud adalah setiap selain Tuhan.
Terhapat teori kedua yang mengatakan bahwa alam semesta ini  berasal dari sel, Sayid Syabiq (1974: 63) melihatnya sebagai teori yang lebih sesat dari teori pertama. Menurutnya sel tidak mungkin mampu menyusun dan memperindah sesuatu seperi yang terjadi pada struktur alam semesta.

Contohnya aspek gender dan tata surya.
Adapun teori ketiga yang mengatakan bahwa alam semestaada yang menciptakan adalah reori yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang sehat. Oleh karena itu, baik secara aql maupun naql dapat diterima. Masalah yang kemudian muncul dari teori ketiga ialah: siapakah yang menciptakan alam semesta ini? Menurut dokrin islam, yang hal ini pun menjadi akhidah dan keyakinan umat islam, pencipta alam semesta ini ialah Tuhan.

Jawaban itu membawa kepada pegertian bahwa Tuhan itu ada.
Ada beberapa argumen yang mendukung keabsahan teori ketiga, diantaranya argumen kosmologis seperti yang sudah dibicarakan terdahulu, argumen ontologis, argumen teleologis, argumen moral, dan argumen epistimologi.

Ontologi mulai dikembangkan oleh Plato (428-348 SM). Dalam kajian ontologis, segala sesuatu yang ada dia alam ini mempunyai idea. Idea adalah konsep universal dari seiap sesuatu. Manusia umpamanya mempunyai konsep universal atau idea.

Idea itu merupakan hakikat sesuatu, ia merupakan dasar adanya sesuatu. Ia berada di alam tersendiri, yaitu alam idea yang bersifat kekal. Idea-idea itu tidak berdiri sendiri, tetapi bersatu pada idea tertinggi yang disebut Idea kebaikan atau The Absolute Good, yaitu yang Maha Mutlak Baik. Ia adalah sumber tujuan, dan sebab dari segala yang ada, Dia itulah Tuhan.

Alam semesta ini adalah teleologis, artinya diatur menurut tujuan-tujuan tertentu. Alam dalam pandangan teleologis tersusun dari bagian-bagian yang satu sama lain erat sekali hubungannya. Bagian-bagian yang saling berhubungan itu bergerak dan berkerja sama atau berevolusi menuju tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu ialah kebaikan alam secara totalitas. Penggerak alam sehingga berevolusi adalah Zat yang maha sempurna, zat yang lebih tinggi dari alam itu sendiri. Zat inilah yang disebut Tuhan. (Juhaya S. Praja: 1995:19-22).

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menjelaskan bahwa Tuhan itu benar-benar ada. Sebagai contoh, berikut ini dikemukanan ayat-ayat yang mendukung pernyataan tersebut.

1. Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nya lah (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al-Zumar [39]: 62-63)

2. Dia-lah Allah yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang Maha Mengetahui yang gaib yang nyata. Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. al- Hayr [59]: 22)

Iman kepada Allah adalah dokrin utama dalam islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ia adalah dimensi ta’abudi yang terkait dengan petunjuk dan pertolongan Allah atas hamba-Nya. Tanpa dari Allah, akan sulit bagi siapa pun untuk dapat mempercayai-Nya.

Terminologi iman tidak hanya sekedar kepercayan dan pengakuan akan adanya Allah, tetapi mencakup simensi pengucapan dan perbuatan (tashdiq bi al-qalb wa qaul bi al-lisan wa af’al bi al-jawarih). Keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang pertama keimanan.

Keyakinan itu adanya di hati. Ia merupakan bentuk pengakuan yang sungguh-sungguh tentang kebenaran tentang adanya Allah Yang Maha Esa. Keyakinan ini selanjutnya diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimah syahadat “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”

Dua unsur iman, keyakinan dan pernyataan lisan, disempurnakan oleh unsur yang ketiga, yaitu perbuatan (‘amal). Unsur ketiga menunjukkan bahwa iman itu memerlukan perbuatan atau kerja yang nyata. Dengan demikian, orang yang mengaku beriman kepada Allah tidak cukup dengan adanya keyakinan akan adanya Allah selanjutnya diucapkan dengan lisan, tetapi harus sampai pada bentuk-bentuk pengamalan segala ajaran-Nya.

Dalam dokrin keimanan ini, kita menemukan beberapa dokrin lain yang dinyatakan dalam Al-Qur’an: Allah itu Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya,  dan segala makhluk mengabdi dan meminta pertolongan.  Oleh karena itu, dokrin islam mengatakan bahwa Allah adalah Pencipta, Pemelihara, Penguasa, dan Pemberi rezeki kepada hamba-Nya.

Konsekuensi logis dari iman kepada Allah adalah keharusan mengimani ajaran Allah dan segala yang datang dan bersumber dari Allah, seperti mengimani malaikat Allah, kitab-kitab Allah, hal-hal yang gaib seperti hari kiamat, alam kubur, surga dan neraka.

4. IMAM KEPADA MALAIKAT, KITAB, RASUL DAN KETETAPAN ALLAH.

1. Malaikat Allah

Malaikat atau terkadang disebut al-mala’ al-a’la (kelompok tertinggi) adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dari al-nur (cahaya), seperti yang diterang dalam hadits riwayat imam Muslim yang menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan malaikat dari cahaya, jin dari api, dan Adam dari tanah. Penciptaan malaikat lebih dulu daripada penciptaan manusia. Ketika Allah Swt berkehendak menciptakan manusia sebagai khalifah dari bumi, Dia memberitahukan rencana-Nya itu kepada malaikat sehingga terjadi dialog antara Dia dan malaikat.

Malaikat termasuk mahkluk ruhasi yang bersifat gaib. Mereka bukan kelompok makhluk yang berwujud jasmaniah yang dapat diraba, dilihat, dicium, dan dirasakan karena mereka berada dialam yang berbeda dengan alam manusia.

Mereka disucikan dari syahwat kebinatangan (al-nafs al-hayawaniyah) yang terhindar dari keinginan hawa nafsu yang bersifat material. Mereka selalu patuh dan tunduk kepada Allah Swt dan tidak pernah ingkar kepadanya.  Dengan demikian, mereka menghabiskan waktu siang dan malamnya untuk beribadah kepada Allah semata.

Tidak seorang pun yang mengetahui hakekat malaikat kecuali Allah Swt dan orang-orang yang telah ditentukan-Nya, karena tidak didapatkan satu nas pun yang menjelaskan bentuk dan hakikat malaikat (M. Taib Thahir Abd Muin, 1986:150).

 Akan tetapi, dalam keadaan tertentu malaikat menampakkan dirinya dalam rupa manusia atau bentuk lain yang dapat dicapaioleh rasa dan penglihatan manusia.
Umpamanya, ketika Malaikatb Jibril a.s. mendatangi Siti Maryam dalam rupa manusia (Q.S. Maryam [19]:16-17), atau ketika mereka mendatangi Nabi Ibrahim a.s. untuk menyampaikan berita gembira (Q.S. Hud [11]:69-73).
Malaikat adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah Swt yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Antara malaikat satu sana lainnya memiliki beberapa perbedaan, seperti kedudukan dan pangkatyang hanya diketahui oleh Allah Swr (Q.S. Fathir[35]: 1).

Secara khusus, ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt menciptakan malaikat sebagai mahkluk bersayap. Jumlah sayap mereka berbeda-beda. Ada yang dua, tiga, empat, dan ada pula yang lebih dari itu; tergantung dengan kehendak Allah Swt.

Jumlah sayap tersebut, menurut Sayid Sabiq (1978: 181), menunjukkan kedudukan dan status malaikat serta kemampuan cepat dan lambatnya perpindahan mereka dari satu tempat ketempat yang lainnya.   Sayap-sayap yang dimiliki malaikat tersebut hal gaib yang wajib dipercayai, tanpa memnbahas bagaimana warna, bentuk, dan sifatnya, sebab Nabi Muhammad Saw sendiri tidak menjelaskannya.

Tugas malaikat itu ada yangdikerjakan dialam ruh dan ada pula yang dikerjakan dialam dunia. Tugas malaikat dialam ruh ialah menyucikan atau bertasbih serta taat dan patuh sepenuhnya kepada Allah Swt,  memikul ‘arsy,  memberi salam kepada ahli surga,  dan menyisa pada ahli neraka.

Adapun diantara tugas malaikat dialam dunia ialah menurunkan wahyu yang diemban oleh malaikat Jibril.  Ia disebut juga ruh al-amin, atau ruh al-qudus.  Adapun tugas malaikat-malaikat yang lain adalah sebagai berikut:

Malaikat Mikail mengatur perjalanan bintang-bintang, menentukan musim seperti menurunkan hujan dan panas serta menurunkan rezeki; Malaikat Ijrail (malak al-maut) bertugas mencabut nyawa; Malaikat Israfil, bertugas sengkala atau nafiri ketika terjadi kismst besar; Malaikat Raqib dan Atid bertugas mencata segala perbuatan manusia-Raqib berada disebelah kanan manusia yang mencatat perbuatan bak, dan Atid berada disebelah kiir manusia mencata perbuatan buruk; Malaikat Munkar dan nakir bertugas memeriksa amal perbuatan manusia dialam kubur; Malaikat Malik bertugas bertugas menjaga neraka, tempat manusia menerima sanksi sebagai balasan perbuatan buruk mereka ketika hidup didunia. (Mahjuddin Shaf, 1975:98-99)

Jumlah malaikat itu banyak sekali dan tidak diketahui secara pasti. Hal ini seperti yang terjadi pada Perang Badar ketika Allah Swt menurunkan beribu-ribu malaikat yang membantu kaum Muslimin untuk melawan musuh Islam yaitu bangsa Quraisy.  Akan tetpi umlah mereka yang banyak itu yang wajib diimani hanya sepuluh malaikat sepeti yang telah dikemukakan terdahulu.


2. Kitab-Kitab Allah

Ayat-ayat Allah Swt yang merupakan ajaran-ajaran dan tuntutan itu dapat dibedakam menjadi dua: pertama, ayat-ayat yang tertulis didalam kitab-kitab-Nya; dan kedua, ayat-ayat yangbtidak tertulis, yaitu alam semesta.
Ayat yang tertulis dapat diformulasikan dalam empat kitab: Al-Quran, Injil, Taurat, dan Zabur yang masing-masng diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, Nabi Isa a.s, Nabi Musa a.s., dan Nabi Dawud a.s. keempat kitab itu disebutkan kitab-kitab langit (al-kutub al-samawiyah), karena kitab-kitab itu diyakini umat Islam sebagai firman Allah yang diwahyukan kepda para nabi dan rasul. Hanya saja, kitab-kitab selain Al-Quran sudah terkontaminasi oleh manusia sebagaimana diberitakan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran.

Islam mengajarkan bahwa mempercayai dan mengimani semua kitab-kitab Allah itu adalah wajib. Ia merupakan konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah Swt. Oleh karena itu, tidak sepantasnya seoang mukmin mengingkari kitab-kita  tersebut (lihat surah al-Baqarah [2]:4).

a. Al-Quran al-Karim

Al-Qurang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw diturunkan selama 22 tahun lebih dan diturunkan di dua kota: Mekkah dan Madinah. Al-Quran dibagi menjadi 30 uz dan terdiri atas 114 ayat.

Al-Quran merupakan kitab langit terakhir yang diturunkan oleh Allah swt kepada nabi terakhir pula. Sebagai kitab terkhir, Al-Quran menempati posisi yang sangat penting; ia memiliki sejumlah keistimewaan apabila dibandingkan dengan kitab-kitab sebelumnya. Dianatar keistimewaannya adalah pelanjut, penyempurna dalam arti penambah dan pengurang atas muatan kitab-kitab sebelumnya, dan diberlakukannya tidak dibatasi waktu.

Secara rinci, keistimewaan- keistimewaan itu adalah pertama, Al-Quran memuat ringkasan ajaran-ajaran yang dibawa oleh ketiga kitab sebelumnya. Kedua, sebagai kitab terakhir, Al-Quran memuat kalam Allah terakhir yang berperan sebagai petunjuk dan pemimpin bagi manusia didunia. Ketiga, keberlakuan Al-Quran tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Keempat, Al-Quran merupaka kitab suci agama Islam; karenaIslam agama dakwah, maka Al-Quran disebarkan dan didakwahkan. Agar dakwah itu mudah dicerna dan dipahami, Allah telah mewahyukan kalam-Nya itu dengan bahasa yang sangat mudah.(Sayid Sabiq, 1974: 263-7)

b. Kitab Injil

Kitab Injib adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Isa a.s. Ia hanya disyariatkan untuk umat Nabi Isa a.s., yaitu kaum Nasrani. Oleh karen aitu, diberlakukan Injil dibatasi oleh waktu, yaitu sampai saat datang dan diutusnya Nabi Muhammad Saw. Mengimani kitab-kitab selain Al-Quran, termasuk kitab Injil, merupakan doktrin dari rukun iman yang ketiga.

Pada mulany kitab yang disebut terakhir ini hanya memuat kalam Allah. Tetpi pada perkembangannya ternyata mengalami perubahan,yaitu dengan masuknya tulisan-tulisan para pengikt
Nabi Isa a.s. sehingga berubah dari bentuk dan isinya yang asli. Hal ini disyaratkan oleh Allah. Mereka memasukkan tulisannya kedalam Injil ialah Matius, Markus, Lukas, dan Yahya. Oleh karena itu, nama-nama kitab Injil yang ditemui sekarang diindentifikasikan dengan namanama mereka, sepertu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yahya. (A. Hafidh Dasuki (red), 1994:224)

c. Kitab Taurat

Taurat (Ibrani: Thora) merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Musa a.s. untuk membimbingBAni Israil. Oleh karena itu, keberlakuan kitab ini pun dibatasi, yaitu samapai tiba Kitab Allah berikutnya. Ia pun waji diimani oleh umat Islam dan banyak disebutkan di dalam Al-Quran. Hanya saja, dikatakan Sayid Sabiq (1974: 268), kitab taurat yang beredar sekarang sudah tidak murni lagi, kaena sudah terdapat sejumlah penambahan dari para pengikutnya.

A Hafidh Dasuki (1994: 93-95) menjelaskan bahwa Taurat merupakan salah satu dari komponen (Thora, Nabiin, dan Khetubiin) yang terdapat di dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (al-Kitab) yang oleh orang kristen disebut dengan Old Testament (perjanjian Lama).

Taurat yang terdapat pada Perjanjian Lama itu terdiri dari lima kitab, yaitu Kitab Kejadian (Genesis) yng berisi kisah tentang kejadian alam; Kitab Keluaran (Exodus) yang berisi kisah keluarnya Bani Israil dari Mesir karena di tindas oleh Fir’aun, dan diturunkannya Sepuluh Perintah Tuhan (Ten Commandement); Kitab Imamat atau Leviticus yang berisi syariat agama Yahudi; suku Israil; dan Kitab Ulangan (Deuteronomy) yang berisi pengulangan kisah yang dikeluarkan dari tanah Mesir.
Isi utama kitab Taurat adalah Sepuluh Perintah Tuhan yang diterima oleh Nabi Musa a.s. di bukit Tursina atau gunung Sinai. Sepuluh Perintah Tuhan tersebut adalah:
1. Hormati dan cintai satu Allah
2. Sebutkan nama Allah dengan hormat
3. Sucikanlah dari Tuhan, yaitu hari sabtu setelah bekerja 6 hari seminggu
4. Hormatilah ibu dan bapak
5. Dilarang membunuh
6. Dilarang berzina
7. Dilarang mencuri
8. Dilarang berdusta
9. Jangan ingin berbuat cabul
10. Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal

d. Kitab Zabur

Istilah Zabur, yang kata jamak zubur, didalam Al-Quran terdapat pada beberapa tempat. Yang dimaksud zabur dalam tulisan ini ialah firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Dawud a.s. Zabur, dalam bahasa Arab, disebut dengan mazmur dan jamaknya mazamir; dalam bahasa Ibrani disebut mizmor, dalam bahasa Suriani disebut mazmor, dalam bahasa Etiophia disebut mazmur (lihat H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, 1974: 649)

3. Rasul-Rasul Allah

Dokrin Islam mengajarkan agar setiap orang Islam berima kepada semua rasul yang diutuskan oleh Allah swt tanpa membedakan antara satu rasul dengan rasul lainnya. Secara bahasa, rasul (Inggris; messenger, apostle) adalah orang yang diutus. Artinya, ia diutus untuk menyampaikan berita rahasia, tanda-tanda yang akan datang, dan misi atau risalah, secara terminologi, rasul berarti orang yang diutuskan oleh Allah Swt untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya.

Rasul adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah Swt dari keturuana yang mulia yang diberi berbagai keistimewaan, baik akal pikiran maupun kesucian ruhani. Keistimewaan para rasul merupakan bekal agar mereka cukup kuat mengemban berbagai kewajiban yang dikandung dalam risalah, disamping agar mereka menjadi suri teladan bagi umatnya.

Sebagai manusia biasa, rasul adalah seperti layaknya manusia lainnya yang suka makan minum, tidur, hubungan seksual, terkena penyakit seperti yang dialami Nabi Aiyub a.s. Hanya saja, dilihat dari aspek gender, para rasul itu pasti para laki-laki.

Diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah:

  1. Mangajar tauhid dengan segala sifat-sifat-Nya
  2. Mangajak manusia agar hanya menyembah dan meminta pertolongan hanya kepada Allah
  3. Mengajarkan kepada manusia agar memiliki moral atau akhlak yang mulia
  4. Mengajarkan kepada manusia norma-norma kehidupan agar selamat didunia dan diakhirat   
  5. Mengajak manusia agar bersemangat dalam bekerja dan berusaha serta menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
  6. Mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu
  7. Menyampaikan berita-berita gaib, seperti malaikat, surga dan neraka, alan kubur dan alam akhirat.

Dalam rangka menyampaikan tugas rislahnya, para rasul dilengkapi dengan berbagai bekal keutamaan seperti kitab, mukjizat, dan sifat-sifat kemulian. Adapun sifat-sifat yang diberikan Allah kepada Rasul adalah sebagai berikut:


  1. Siddiq, artinya jujur dan benar serta terhindar dari sifat dusta (al-kidzb) atau bohong
  2. Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat
  3. Tabligh, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman atau menyembunyikan sesuatu Fathanah, artinya bijaksana dan brilian serta terhindar dari sifat al-jahl atau bodoh
  4. Ma’shum, artinya senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah sehingga apabila melakukan kkeliruan, lansung mandapatkan teguran dan koreksi dari Allah’

Jumlah nabi dan rasul tidak diketahui secara pasti, karena ada sebagian dari mereka yang diceritakan dan disebutkan nama-namanya secara lansung oleh Allah Swt, tetapi ada juga yang tidak diceritakan. Namun, da sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah nabi itu adalah 124.000 orang dan rasul sebnayk 313 orang (A. Hafidh Dasuki (red.), 1994: 159). Adapun jumlah nabi dan rasul yang pada umumnya diketahui berjumlah 25 orang.

4. PERCAYA PADA HARI AKHIR DAN KETETAPAN ALLAH
Kiamat adalah masa dimana Allah akan menghalangi semua umat manusia roh dan binatang menurut apa yang telah mereka lakukan. Hari yang dikenal dngan berbagai istilah hari kebangkitan, hari penghakiman yang mana hal ini tidak dipercayai oleh orang yang tidak beriman.
Manusia itu tersusun dari dua unsur: tubuh kasar dan ruh. Ruh adalah urusan Allah yang termasuk gaib. Ketika manusia mati, ruh tidak ikut mati tetapi kembali keaam arwah. Oleh karena itu, akal pikiran manusia tidak mampu menerangkan ruh dengan jelas.
Kematian merupakan pintu bagi manusia untuk memasuki alam kedua, alam kubur atau biasa disebut alam barzakh. Para ulam mengartikan alam barzakh sebagai periode antara kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan dialam barzakh memungkikan seorang dapat melihat kehidupan dunia dan akhirat. Ia bagaikan suatu ruangan kaca yang penghuninya bisa melihat kebagian depan berupa hari kemudian dan ke arah belakang pentas kehidupan dunia . Kehidupan dialam barzakh bisa menyenangkan, bisa juga menyedihkan; bergantung pada kehidupan dalam kehidupan dunia. Jika amalnya baik, baik pula kehidupan alam kuburnya; jika amal dunia buruk, buruk pula kehidupan alam kuburnya.
Setelah alam barzakh, manusia memasuki kehidupan tahap ketiga, yaitu alam akhirat. Alam ini dimulai dengan peniupan sangkakala yang pertama saat terjadinya hari kiamat yang pada saat itu pula segala makhluk mengalami kerusakan dan kematian kecuali malaikat Israfil yang meniup sangkakala yang kedua . Tiupan sangkakala kedua  merupakan tiupan untuk membangkitkan makhluk dari kematian dan selanjutnya digiring dan dikawal oleh para malaikat  untuk berkumpul di Padang Mahsyar (tempat berkumpulnya umat menghadapi pengadilan Allah).   
Pengadilan itu menggunakan timbangan yang sangat adil . Setelah melalui proses pengadilan, manusia terbagi kepada dua kelompok: penghuni surga dan penghuni neraka. Surga adalah tempat kebahagian dan neraka adalah tempat penyiksaan.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               



A. Kesimpulan
Setelah memahani tentang Doktrin kepercayaan dalam islam maka dapat kita tarik kesimpulan:
a. Doktrin berasal dari bahasa Inggris “ doctrin’’ yang berarti ajaran atau norma yang diambil dari wahyu yang diturunkan tuhan, atau pemikiran mendalam filosofis yang diyakini mengandung kebenaran.
b. Doktrin kepercayaan islam itu meliputi 6 aspek yan harus diyakini kebenarannya. Dan 6 aspek itu dalam islam dinamakan “ Rukun Iman ’’ yaitu :
1. Iman kepada Allah
2. Iman kepada Malaikat Allah
3. Iman kepada Kitab-kitab Allah
4. Iman kepada Rasul-rasul Allah
5. Iman kepada Hari akhir
6. Iman kepada Qodo’ dan Qodar
c. Terminologi iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan adanya Allah tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan-keyakinan atau pengakuan merupakan gerbang utama keimanan.
d. Keyakinan itu adanya dihati. IQ merupakan pengakuan yang sngguh-sungguh tentang kebenaran adanya Allah yang Maha Esa. Keyakinan ini selanjutnya diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimat syahadat dan direalisasikan dalam bentuk perbuatan ( amal ) unsur kerja yang nyata.










DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Abudin Nata. Metodologi studi islam. PT. Raja grafindo persada. Jakarta.
Willian J. Soal. Reading muslim for Christ. Moody prees Chicago 1991.
Atang Abd Hakim. Jai mubarok. Metodologi Studi Islam.


Postingan Populer